Serangga, Kudapan Lezat Tempo Dulu

Belalang goreng

Meni wararaas, bareto mah osok ka kebon atawa ka sawah, ngala simeut, kini-kini, kasir, atawa jangkrik terus dioseng, dipurulukan uyah. Da meni raos. Ngalimed we disanguan.”  

(Ingat zaman dahulu, dulu sering pergi ke kebun atau ke sawah, mencari belalang, larva capung, gangsir, atau jangkrik kemudian dioseng, ditaburi garam. Rasanya sangat enak. Nikmat dimakan dengan nasi.)


Itulah salah satu hal yang diucapkan Mah Lala, tanteku, ketika bercerita tentang masa kecilnya (sekitar tahun 70-an) kepadaku. Aku sedikit mengernyitkan dahi, merasa heran sambil mencoba membayangkannya. Apakah benar orang zaman dahulu terbiasa mengonsumsi serangga? tanyaku dalam hati.


Setelah aku menelisik lebih jauh, ternyata orang zaman dahulu memang memiliki berbagai jenis pola makan yang berbeda dengan pola makan yang umum dijumpai pada zaman sekarang. Salah satu hal yang membedakannya adalah kebiasaan mereka untuk memakan makanan yang tidak biasa dimakan oleh orang zaman sekarang, misalnya serangga.


Pada zaman dahulu, serangga dianggap sebagai sumber protein yang penting. Selain itu, serangga juga dianggap sebagai makanan yang lezat dan bergizi. Berikut ini adalah beberapa serangga yang sering dikonsumsi pada zaman dahulu:


  1. Siraru atau Laron


Pada zaman dahulu, laron adalah kudapan yang cukup populer untuk dikonsumsi. Laron biasanya banyak dijumpai setelah hujan. Untuk menangkap hewan ini, orang zaman dahulu biasanya menyiapkan baskom atau ember berisi air di sekitar lampu, lalu tinggal menunggu hewan ini masuk terperangkap ke dalamnya deh. 😃


Setelah laron terkumpul di dalam wadah berisi air tadi, kemudian laron pun dioseng (tanpa minyak) hingga bertekstur kering/renyah. Setelah itu, laron yang sudah kering itu pun ditapi untuk membuang sayapnya. Jika laron sudah bersih dari sayapnya, maka laron pun siap dikonsumsi dengan ditaburi garam sebagai teman nasi. Unik ya? 😀


  1. Kini-kini atau Larva Capung (Nimfa)

Apakah kamu pernah melihat larva capung atau kalau orang Sunda mah biasa menyebutnya kini-kini? Jujur saja, kalau aku sih baru tau. Hehe


Kini-kini adalah tahap awal dari siklus hidup capung. Katanya, hewan ini sering dijadikan makanan. Biasanya orang zaman dulu mencari hewan ini di wilayah persawahan atau perairan, misalnya sungai dan kolam.


Hewan ini biasanya ditangkap secara manual oleh tangan kosong atau menggunakan ayakan. Setelah terkumpul, kini-kini pun dibersihkan dengan cara dileob atau dibersihkan dengan air panas, kemudian digoreng dan ditaburi garam.


Kalau sekarang, rasanya aku jarang menemukan larva capung. Kenapa ya? Konon, capung kan dikenal sebagai hewan yang memerlukan lingkungan yang bersih dan kondisi air yang tenang. Maka dari itu, jarangnya capung dan larvanya mungkin saja terjadi karena wilayah kita sekarang sudah tercemar atau kotor. 


  1. Jangkrik 



Kamu tau jangkrik? Pastinya tau dong. Jangkrik merupakan serangga yang sering terlihat di sekitar daerah persawahan dan hutan, memiliki tubuh berwarna coklat dengan sayap panjang. Saat ini kita mungkin lebih mengenal hewan ini sebagai pakan burung, tapi ternyata zaman dahulu, hewan ini juga dikonsumsi oleh manusia lho!


Orang zaman dahulu biasanya pergi ke sawah. Nah ketika mencangkul, biasanya para petani sering menemukan jangkrik. Jangkrik ini pun dikumpulkan, dibersihkan dengan cara dileob atau disiram air panas. Setelah bersih, jangkrik pun dibumbui dengan garam, lalu kemudian digoreng dengan sedikit minyak dan siap dikonsumsi dengan nasi. Konon jangkrik ini lezat karena tekstur dagingnya tergolong lembut. Gimana ya rasanya? Sepertinya enak sih seperti udang goreng, hehehe. 😀


  1. Kasir atau Gangsir



Kasir adalah sejenis jangkrik besar yang hidup dengan menggali lubang dalam tanah. Pada zaman dahulu, kasir sering dijadikan makanan oleh masyarakat. Mencarinya agak sulit tapi katanya sih seru dan menantang hehe. 😀


Cara mencarinya, pertama-tama kita harus mencari lubang di atas tanah (ini sih tebak-tebakan ya, semoga saja ada kasir di dalamnya). Setelah itu, kita harus menuangkan air ke dalam lubang tersebut sampai penuh dan hewan kasirnya keluar. 


Setelah kasir terkumpul, hewan ini pun diolah seperti mengolah jangkrik yakni dibersihkan, dibumbui dengan garam lalu digoreng hingga kering. Mmmm lezat 😀


  1. Simeut atau Belalang



Di antara serangga-serangga yang sudah dijelaskan sebelumnya, belalang adalah serangga yang dikenal masih sering dikonsumsi oleh manusia saat ini. Aku pernah sih sekali-kalinya makan belalang goreng bumbu gula asam. Rasanya gurih, krispi, tapi agak menusuk-nusuk gitu pas digigit. 😀


Nah katanya kalau zaman dulu, serangga ini cukup mudah didapatkan. Belalang banyak ditemukan di persawahan atau di kebun. Dengan tubuhnya yang berwarna hijau atau coklat, serangga ini mudah terlihat untuk ditangkap. Menangkapnya menggunakan tangan kosong atau dengan bantuan kayu/bambu yang dilumuri leugeut atau getah nangka.


Cara memasaknya mirip dengan cara memasak serangga lainnya yakni dibersihkan menggunakan air panas, dibersihkan cucuk-cucuk atau bagian tubuh belalang yang tajamnya, barulah kemudian dibumbui dan digoreng. Selain digoreng, ada juga belalang yang dimasak dengan cara dipanggang. Jadi, setelah dibersihkan, beberapa belalang kemudian ditusuk seperti sate lalu dipanggang deh.



Selain serangga-serangga tersebut, masih banyak jenis serangga lain yang biasa dikonsumsi pada zaman dahulu, baik itu sebagai makanan utama atau pun camilan. Proses pengolahannya pun beragam dengan bumbu yang bermacam-macam pula tergantung selera dan kebiasaan masing-masing masyarakat di setiap kebudayaannya. 


Mengonsumsi serangga bukan sekedar kebiasaan unik, namun juga bermanfaat secara kesehatan. Menurut banyak penelitian, ternyata serangga tergolong sebagai makanan yang tinggi protein dan bernutrisi, seperti mengandung asam amino esensial, antioksidan untuk menjaga imunitas, vitamin B kompleks, serta mineral seperti fosfor dan magnesium. Tidak hanya itu saja, ternyata beberapa jenis serangga bahkan mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging ayam atau sapi. Selain itu, serangga pun mengandung lemak dan kalori yang rendah sehingga akan cocok untuk dijadikan makanan bagi meraka yang ingin menjaga berat badan.


Namun, walaupun bergizi dan dapat memberikan banyak manfaat, seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup masyarakat, konsumsi serangga kini sangat menurun. Kini, kebanyakan orang lebih memilih makanan yang lebih familiar dan mudah didapat seperti daging ayam atau sapi. Meskipun demikian, di beberapa daerah di Indonesia, serta beberapa negara lainnya di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan ternyata masih banyak orang yang mempertahankan tradisi makan serangga, bahkan mengembangkan berbagai jenis makanan dari serangga hingga menjadi bagian dari kuliner khas mereka.


Meskipun mungkin terdengar aneh bahkan beberapa orang menganggapnya menjijikan, namun kebiasaan memakan serangga pada zaman dahulu patut diapresiasi. Kebiasaan ini membuktikan bahwa manusia pada zaman dahulu sangat memahami potensi alam dan manfaat dari berbagai jenis makanan, termasuk makanan yang saat ini dianggap tidak biasa. 


#makanserangga #makananjadul #makananunik


Penulis: Bunga Dessri Nur Ghaliyah



Bagikan Artikel Ini

Posting Komentar

1 Komentar

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)