Tahu Sumedang Terus Diproduksi, Ampasnya Kemana?

Tahu Sumedang
Pict: Panji Prayitno

Tahu Sumedang

Berbicara mengenai kabupaten Sumedang maka yang akan terlintas dalam benak kita adalah tahu. Selain memiliki rasa yang enak dan gurih, tahu Sumedang sangat digemari karena harganya relatif murah namun mengandung nilai gizi yang tinggi, yakni mengandung lebih dari 40 % protein serta kandungan gizi lainnya yang bermanfaat untuk tubuh.

Tingkat produksi makanan andalan kabupaten Sumedang ini relatif tinggi, bahkan terus berkembang, baik di dalam kota mapun luar kota seperti Cileunyi, Cicalengka dan Kadipaten. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Investasi, pada tahun 2007, di kabupaten Sumedang tercatat ada 81 industri tahu yang terdaftar dan lebih dar 20 industri tahu rumahan (home industry) yang belum terdaftar di Dinas Perindustrian.

Tahu Sumedang
Pict: Junita Suryadi

Selain dikonsumsi oleh masyarakat setempat, tahu Sumedang juga populer di kalangan para wisatawan ataupun masyarakat yang sedang melintasi daerah Sumedang. Hal tersebut menggambarkan bahwa industri tahu memberi dampak postif terhadap keadaan ekonomi, diantaranya meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat, serta meningkatkan perekonomian daerah. Namun, produksi yang terus berkembang juga berbanding lurus dengan banyaknya limbah (ampas) tahu yang dihasilkan.


Ampas Tahu

Mendengar kata limbah, yang dipikirkan kebanyakan orang akan langsung tertuju pada barang sisa, tidak berguna, buangan, bahkan dianggap mengganggu karena identik dengan sifatnya yang kotor, dan menimbulkan bau tak sedap, sehingga dianggap pemicu pencemaran lingkungan. Dampak negatif limbah tersebut disebabkan oleh penanganannya yang tidak tepat. 

Data Pengelolaan Limbah Usaha Kecil pada tahun 2003 menunjukkan bahwa sebagian besar industri pangan di pulau Jawa; seperti industri tahu, tempe, kerupuk, tapioka, dan pengolahan ikan; membuang limbah padat dan cair yang dihasilkannya ke selokan dan sungai. Dengan kesadaran dan kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan limbah, maka limbah tersebut dapat menurunkan kualitas lingkungan dan merugikan ekosistem.

Agar mengurangi dampak buruk limbah terhadap lingkungan, limbah harus dikelola dengan baik. Secara umum, pengelolaan limbah secara umum dapat dilakukan dengan cara pengurangan sumber (source reduction), penggunaan kembali, pemanfaatan (recycling), pengolahan (treatment) dan pembuangan. 

Banyak jenis limbah dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang yakni limbah yang dapat mengalami perubahan secara biologis sehingga dapat dikonversikan ke produk lain seperti: energi, pangan, pakan, pupuk organis, dll. Limbah tersebut biasanya masih mengandung: serat, karbohidrat, protein, lemak, asam organik, dan mineral.

Ampas Tahu
Pict: Ardhi Borneo Gemilang


Setelah dilakukan penelitian, ternyata ampas tahu memiliki kandungan energi dan gizi yang cukup tinggi yakni mengandung 414 kilokalori, protein 26,6 gram, karbohidrat 41,3 gram, lemak 18,3 gram, kalsium 19 miligram, fosfor 29 miligram, dan zat besi 4 miligram. Selain itu di dalam Ampas Tahu juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,2 miligram dan vitamin C 0 miligram.  Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram ampas tahu, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %. 

Dengan demikian, ampas tahu merupakan salah sat jenis limbah yang dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang yakni dapat mengalami perubahan secara biologis atau dapat dikonversikan ke produk lain yang berguna seperti: energi, pangan, pakan, dan lain-lain.

Sebagus dan sekaya apapun, ampas tahu tersebut tidak akan bermanfaat jika tidak ditangni dengan cepat karena ampas tahu tergolong limbah yang cepat membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap. Ampas tahu akan mulai menimbulkan bau yang tidak sedap 12 jam setelah dihasilkan. Dengan demikian, untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ampas tahu, harus dilakukan proses pengelolaan dengan cepat dan tepat agar menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Pemanfaatan Ampas Tahu

Pada awalnya, mayoritas produsen tahu di Sumedang tidak memanfaatkan ampas tahu dan hanya membuangnya begitu saja karena limbah dianggap tidak memiliki nilai ekonomis. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya pengetahuan, kini telah banyak produsen tahu yang menyadari bahwa ampas tahu bisa diolah, karena selain mencegah pencemaran lingkungan, ampas tahupun ternyata bisa bernilai ekonomis. 

Ampas Tahu
Pict: Ardhi Borneo Gemilang


Saat ini, mayoritas produsen tahu sudah berupaya memanfaatkan ampas tahu, misalnya dengan menjualnya secara langsung atau menjadikannya pakan hewan. Namun hal itu bernilai ekonomi sangat rendah, misalnya jika ampas tahu dijual langsung harganya hanya berada dikisaran Rp 150-200 per kilogram, kemudian jika sudah diolah untuk pakan hewan akan meningkat menjadi Rp. 2000-4000 per kilogram.

Selain itu, ampas tahu juga seringkali diolah untuk dijadikan makanan lain, misalnya kembang tahu atau kecap ampas tahu (ampas kecap). Namun harga makanan tersebut juga belum tergolong baik, padahal dengan kandungan gizinya yang tinggi, pengolahan ampas tahu bisa lebih maksimal sehingga dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

Dengan demikian, diperlukan upaya lain untuk pengembangan produk baru dalam pemanfaatan ampas tahu agar lebih dapat meningkatkan nilai guna ampas tahu tersebut. Lantas pengolahan seperti apa yang harus harus dilakukan? Apakah ampas tahu bisa dijadikan cemilan atau jenis makanan lain? 

Penulis

Bunga Dessri Nur Ghaliyah 

Bagikan Artikel Ini

Posting Komentar

0 Komentar