Seni Itu Untuk Apa?



Hingga saat ini, masih banyak orang yang menganggap seni merupakan sesuatu yang tidak terlalu berpengaruh untuk kehidupan. Banyak di antaranya yang memandang seni tidak lebih dari media hiburan, atau sekedar keterampilan tambahan. 

Padahal baik disadari ataupun tidak, fungsi seni tidak terbatas pada hal tersebut. Seni dapat digunakan untuk berbagai hal, misalnya untuk kepentingan keagamaan, pendidikan, artistik, terapan, kesehatan, dan komunikasi.

Seni sebagai media komunikasi
Pict: community.amplifier.org


Coba katakan, apa yang terlintas dalam pikiramu ketika melihat ilustrasi gambar di atas? Apakah kamu bisa memaknainya?

Ya, itulah salah satu fungsi seni yaitu sebagai media komunikasi. Melalui karyanya, seorang seniman dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat sebagai apresiatornya.

Seni untuk berkomunikasi
Pict: handsomefrank.com


Menurut Ahdiat Karta Miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksi pada jasmani, dan mempunyai daya yang bisa membangkitkan perasaan atau jiwa orang lain; Susanne K. Langer mengartikan karya seni sebagai bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi kita lewat indera dan pencitraan, dan yang diekspresikan adalah perasaan manusia; dan menurut Sudarso SP, seni adalah hasil karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya dimana pengalaman batin tersebut disajikan secara indah dan menarik sehingga memberikan atau merangsang timbulnya pengalaman batin pula kepada manusia lain yang menghayatinya.

Melalui seni, setiap individu dapat mengekspresikan atau mengungkapkan maksud, pikiran, perasaan, tanggapan, atau pengalamannya yang ingin diinformasikan kepada orang lain, baik berbentuk buah pikiran perasaan, keinginan maupun segala harapan. Seni pun bahkan dapat digunakan sebagai pernyataan kritik atau media untuk menggugat sesuatu.

Dengan demikian, seni tidak hanya dinikmati sebagai kepuasan estetik semata. Seni merupakan hasil respon seniman terhadap sesuatu di luar dirinya yaitu lingkungan hidupnya, sehingga ia akan menghasilkan karya yang bernilai, yakni karya yang memiliki makna dan tujuan yang mendalam. Lebih jauh lagi, seni akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat.

Seni untuk kritik sosial
Pict: creativemarket.com


Melalui simbol-simbol di dalamnya, seni menjadi media yang efektif dalam mengungkapkan suatu realita, khususnya mengenai berbagai persoalan sosial. Seni dipercaya merupakan media yang efektif dan efisien untuk menyampaikan buah pikiran masyarakat, maka dari itu, hingga saat ini, seni sering digunakan untuk menyuarakan “perlawanan”.

Theodor W. Adrino (1903-1969) seorang estetikawan, bahkan mengemukakan bahwa seni adalah melawan, atau seni adalah media perlawanan terhadap realitas. Ia mengemukakan bahwa jika seni tidak ada lagi, maka setiap perlawanan dan harapan akan turut musnah. Selanjutnya ia pun menyatakan bahwa seni harus tetap ada untuk membangkitkan kesadaran akan negativitas kehidupan, harapan, serta mengingatkan akan kebahagiaan yang dinantikan.

Seni sebagai media penyadaran
Pict: girlsfulloflife.blogspot.com


Seni sebagai media perlawanan adalah seni untuk menyuarakan pentingnya perubahan dan pembebasan atas ketidaksesuaian di dalam sistem yang dibentuk dan disistematisasikan oleh kekuasaan, misalnya kediktatoran, anti perubahan dan sebagainya. 

Sebagai media perlawanan, seni digunakan untuk mendobrak sistem yang merugikan masyarakat dan menyuarakan nasib orang-orang yang termarginal atau tertindas. Dalam hal ini, para seniman berperan sebagai penggerak pembebasan dan perubahan.

Seni sebagai media perlawanan sudah dilakukan sejak lama, misalnya dalam sejarah tercatat bahwa seni digunakan oleh gerakan revolusi dunia. Di Indonesia pun, seni dikenal sebagai salah satu jalan pemberontakan terhadap kediktatoran kekuasaan. Karya-karya yang muncul seringkali bertemakan kejadian-kejadian yang ada dalam kehidupan sosial, seperti tema-tema tentang korupsi, kemiskinan (tatanan ekonomi), pelecehan, ketidakadilan, aborsi dan lain-lain.

W.S. Rendra, sastrawan
Pict: Saliem Sabendino


Para sastrawan, misalnya Rendra pun dulu melakukan protes terhadap kekuasaan rezim orde lama dan orde baru melalui sajak-sajaknya. Selain itu, pada masa penjajahan juga terdapat salah seorang musisi yang turut melakukan perlawanan demi memperjuangkan kedaulatan bangsa Indonesia melalui lagu-lagu yang ia ciptakan, yakni Ismail Marzuki. 

Seni sebagai media perlawanan kemudian dilanjutkan oleh sosok musisi yang hingga saat ini dikenal dengan nama Iwan Fals dan Doel Sumbang, dengan karya-karyanya yang sangat eksentrik dan identik dengan kritik sosial. Misalnya lagu Beurit karya Doel Sumbang yang berisi mengenai kritik terhadap para penguasa yang sering melakukan korupsi.

Doel Sumbang, musisi penyuara kritik sosial
Pict: widjana.blogspot.com

Saat ini, seni sebagai media perlawanan semakin akrab di kalangan seniman dan masyarakat. Dikutip dari BBC Indonesia edisi 28 Juli 2017, perempuan Indonesia dari berbagai latar belakang dan profesi, menyuarakan kampanye anti kekerasan melalui musik. Kegiatan tersebut bertujuan agar perempuan sadar mengenai hak atas tubuhnya. 

Bukan hanya itu, sudah beberapa tahun ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun turut menggunakan seni sebagai media perlawanan yakni dengan menyelenggarakan Festival Lagu Suara Anti Korupsi (SAKSI). Festival tersebut merupakan bentuk kampanye antikorupsi dengan mengundang masyarakat menyuarakan perlawanan terhadap korupsi melalui lagu yang mereka ciptakan.

Semoga kita dan masyarakat bisa memaknai seni dari berbagai sudut pandang dan lebih mendalam karena seni sangat bermakna bagi kehidupan. 

Penulis

Bunga Dessri Nur Ghaliyah 

Thumbnail Pict: Andrey Maximov

Bagikan Artikel Ini

Posting Komentar

1 Komentar

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)