Anak-anak Merasa AlasaTerpaksa Sekolah Pict: juliasarda.blogspot.com |
“Belajar bukanlah hal yang menyenangkan”, banyak siswa berkata demikian. Pergi ke sekolah adalah hal yang memberatkan. Jika guru tak hadir ke ruang kelas, para siswa kebanyakan merasa senang. Waktu belajar terasa lebih lama karena bosan. Bel pulang pun kemudian menjadi hal yang sangat dinanti-nantikan.
Perilaku para siswa yang dinilai malas, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, dan tidak serius, sering dikeluhkan oleh para orang tua dan guru. Untuk menanggulanginya, pihak sekolah terus memperketat aturan. Namun nyatanya, hal tersebut tidak menjadi solusi nyata bagi permasalahan di kalangan siswa. Kebijakan sekolah justru memperburuk suasana karena para siswa merasa dipenjara.
Belajar Rumus dan Eksak Pict: chickengirldesign.com |
Setiap individu mulai bersekolah sejak usia kanak-kanak. Mereka dibiasakan dengan sistem pendidikan masal, yakni sistem yang menyeragamkan standar kemampuan seluruh siswa. Siswa digiring untuk fokus melatih aspek kognitif, dan identik dengan hafalan. Seluruh mata pelajaran harus dikuasai secara merata, tanpa mempertimbangkan minat dan bakat setiap individu.
Pada praktiknya, para siswa pun harus terbiasa
menjadi pendengar, duduk manis menghadap ke satu arah, dan hanya bertindak jika
sudah ditugaskan sesuatu. Dengan begitu, para siswa pun menjadi sangat kaku.
Dalam hal ini, orientasi pendidikan menjadi sangat sempit, yakni nilai ujian
akhir. Ketika target ‘angka’ telah didapatkan, pelajaran-pelajaran yang telah
sekian lama dihafalkan, kemudian dengan mudahnya dilupakan, dan tidak memberi
manfaat di waktu yang akan datang.
Setiap Anak Itu Berbeda Pict: graphicmama.com |
Melalui
sistem pendidikan masal, para siswa hanya fokus meningkatkan kecerdasan
intelektual, namun justru melupakan aspek terpenting dalam pendidikan, yakni
pendidikan karakter. Maka dari itu, anak Indonesia kehilangan nalar berpikir
kritis, kehilangan daya kreatif, kehilangan nilai moral, bahkan kehilangan jati
diri. Dengan demikian, maka tak heran jika berbagai permasalahan terus
bermunculan. Maraknya kasus kekerasan, pembunuhan, bunuh diri, korupsi,
tawuran, penindasan, plagiarisme, dan sebagainya adalah
cerminan betapa bobroknya moral anak bangsa.
Pendidikan adalah kunci kemajuan. Jika sistem pendidikan sudah tak mampu memanusiakan anak bangsa, maka bangsa Indonesia tak akan memiliki masa depan yang mapan. Maka dari itu, sistem pendidikan perlu ditinjau ulang, agar anak Indonesia menjadi pribadi yang berguna untuk dirinya, masyarakat di sekitarnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Lantas sistem pendidikan seperti apa yang mampu menjadi solusi atas permasalahan seperti di atas? Temukan jawabannya dalam artikel selanjutnya berjudul : "Sekolah Itu Menyenangkan"
Sumber Bacaan
Eling & Meling; Sejumlah Esai
Dalam Kongres Ki Hadjar Dewantara, Jagad Abjad.
Akhmad Faizal Reza, 2018, https://www.qureta.com/post/relevansi-ajaran-ki-hadjar-dewantara-di-era-digital
Andri
Athoilah, 2017, https://www.qureta.com/post/ki-hajar-dewantara-dan-pendidikan-nasional
Tags:
0 Komentar